Pesawat komersial baru yang digagas PT Dirgantara Indonesia punya konsep berbeda dengan biasanya. Bukan mengandalkan ketangguhan teknologi seperti umumnya pesawat baru dibuat, melainkan mengandalkan kekuatannya melayani penumpang.
Presiden Direktur PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, mengungkapkan, pesawat baru itu ditargetkan akan melayani rute-rute pendek, misalnya Tanjung Karang - Palembang, Jakarta - Cirebon, dan lainnya.
Pesawat yang diberi nama N-245 itu mungkin saja punya target tujuan akhir sama jauhnya dengan pesawat biasa namun memiliki beberapa pemberhentian untuk menurunkan dan menaikkan penumpang di titik tersebut. Istilahnya, multi hop atau spoke to spoke.
Sebagai contoh, pesawat terbang dari Jakarta dengan target akhir Surabaya. Namun, pesawat tersebut berhenti di Cirebon dan Semarang untuk naik turun penumpang. "Jadi seperti KRL," kata Budi saat ditemui di National Innovation Forum di Puspiptek Serpong, Senin (13/4/2015).
Ya, mungkin sekarang sudah ada pesawat yang melayani jarak tertentu dengan pemberhentian di antaranya. Namum, rute N-245 bakalan lebih pendek, maksimal hanya 200 mil laut sekali terbang.
Budi mengatakan, N-245 awalnya bisa dikonsentrasikan ke rute pendek dengan minat penumpang kecil. Namun di masa depan, pesawat tersebut bisa dioperasikan lebih luas. Budi percaya, minat warga Indonesia untuk naik pesawat walaupun dengan jarak pendek bakal tumbuh.
Direncanakan memiliki kapasitas angkut 50 penumpang. N-245 diharapkan mampu bersaing dengan pesawat jenis ATR 42 dan Q 300. Syukur jika N-245 juga bisa menggantikan pesawat seperti ATR 72 yang kini dipakai maskapai macam Garuda Indonesia untuk rute pendek.
Budi menuturkan, N-245 adalah pengembangan dari CN-235. Sayap pesawat tersebut akan menggunakan sayap yang sebelumnya dikembangkan untuk CN-235. Untuk badan pesawat, dasarnya adalah badan CN-235 yang kemudian dimodifikasi bagian ekornya.
Saat ini, N-245 tengah memasuki tahap perencanaan. Ke depan, akan ada simulasi dan evaluasi secara ekonomi sebelum pengembangannya. Bila memang memungkinkan secara ekonomi, N-245 akan mulai dikembangkan tahun depan.
Budi mengatakan, pengembangan N-245 bakal lebih murah. Bila pengembangan pesawat N-250 sudah menelan biaya hampir 2 miliar dollar AS, pengembangan N-245 hanya akan menelan biaya sekitar 150 juta dollar AS.
Ia juga menambahkan, keuntungan pengembangan juga akan dicapai lebih cepat. Dengan adanya 50 - 70 pembelian saja, keuntungan sudah akan didapat. "Sekarang waktunya kita juga harus berpikir ekonomi," kata Budi. (Kompas)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 13 April 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
AH-64E Apache Untuk Indonesia merupakan tipe terbaru walau bukan tercanggih (AH-64D Longbow sebagaimana dimiliki Angkatan Darat Singapura) ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Pengakuan soal ketangguhan Tentara Nasional Indonesia di hadapan militer dunia lainnya seakan tak habis-habis. Setelah kisah Kopaska AL ata...
-
Densus 88 menerima pelatihan, dukungan perbekalan dan operasional yang luas dari Kepolisian Federal Australia. Namun muncul bukti yang sema...
-
Situasi politik di Provinsi Aceh meningkat usai bendera GAM disahkan jadi bendera Aceh. Di Banda Aceh, sekitar seribu orang mengarak bende...
-
Ekspedisi Belanda tiba di Nusantara pada 1596. Kapal-kapal Belanda menyusul, hingga terbentuk The Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). ...
-
Pesaing utama rudal AIM-120 AMRAAM andalan Amerika Serikat, R-77 kerap dijuluki AMRAAMSKI. Pertanyaan paling mendasar, sehebat apakah rudal ...
-
Pembangunan pesawat tempur generasi baru berkemampuan siluman KFX/IFX merupakan projek prestisius dalam bidang militer antara Korea Selatan ...
-
Puncak Everest di Pegunungan Himalaya, dengan ketinggian 8.848 meter, merupakan impian bagi setiap pendaki gunung di dunia untuk bisa mencap...
-
PT Pindad (Persero) telah mengembangkan dan memproduksi panser roda 6 bernama Anoa 6X6. Panser yang laris manis ini telah dipakai oleh TNI u...
Sudah saatnya industri dirgantara nasional menguasai langit indonesia
BalasHapussemoga juga banyak di bangun bandara bandara sederhana lepas landas 1km di seluruh indonesia di pegunungan atau tempat sulit di jangkau oleh mobil bush dan truck, hanya bisa dengan pesawat angkut kapasitas kecil seperti n219, cn 235, n245 pesawat komesil lain ,
BalasHapus