Indonesia merupakan negara maritim yang dikelilingi ribuan pulau kecil hingga besar. Untuk menghubungkan wilayah tersebut, diperlukan moda transportasi yang andal dan cepat.
Selain armada laut, angkutan udara sangat diperlukan karena bisa menembus cuaca buruk saat kapal laut tidak berlayar. Melihat potensi itu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bersama PT Dirgantara Indonesia (Persero) merancang pesawat berbadan ringan dan lincah, N219.
Pesawat yang akan disertifikasi pada tahun 2016 ini nantinya akan ditingkatkan atau dikembangkan untuk menjadi pesawat amfibi. Artinya armada N219 ke depan bisa mendarat tidak hanya pada ladasan tanah melainkan landasan di atas air, seperti sungai hingga laut. Pesawat tipe ini diklaim yang pertama kali dirancang oleh insinyur RI.
“N219 saat sertifikasi, maka pesawat N219 amphibi mulai dikembangkan. Kita pararel. Nantinya ini yang pertama kali kita kembangkan pesawat tipe amfibi,” kata Kepala Program Pesawat Terbang LAPAN Agus Aribowo kepada detikFinance di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Bogor, Jawa Barat seperti dikutip Jumat (28/11/2014).
Konsep burung besi yang bisa mendarat di atas air ini sangat membantu percepatan pergerakan barang dan orang, di tengah keterbatasan infrastruktur bandara. Pesawat amfibi ini bisa menjangkau pulau-pulau eksotis Indonesia yang masih minim infrastuktur.
“Kita punya banyak pantai yang jadi wilayah wisata tapi nggak tersentuh maka dengan pesawat amfibi kita bisa tingkatkan konektifitas,” ujarnya.
N219 versi amphibi mulai dikembangkan pada awal 2016 hingga 2018. Secara kemampuan dan tipe, pesawat amphibi mirip dengan N219 versi darat. Perbedaanya hanya kemampuan untuk mendarat di landasan berbeda.
“Bahan sama, hanya pelampung yang harus kita desain baru. Ini kita tawarkan ke pemerintah. Kalau oke tinggal jalan,” jelasnya.
N219 versi amfibi ke depan mampu membawa 19 penumpang dengan jangkauan maksimum 1.500 kilometer. Pesawat ini membutuhkan landasan di atas air sepanjang 600 meter untuk take off dan landing. Saat mulai diproduksi, N219 versi amphibi dibandrol sekitar US$ 3,8 juta hingga US$ 4,2 juta per unit. (Detik)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Jumat, 28 November 2014
RI Punya Ribuan Pulau, LAPAN Bikin Pesawat Penumpang Amfibi Pertama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Pengakuan soal ketangguhan Tentara Nasional Indonesia di hadapan militer dunia lainnya seakan tak habis-habis. Setelah kisah Kopaska AL ata...
-
Ekspedisi Belanda tiba di Nusantara pada 1596. Kapal-kapal Belanda menyusul, hingga terbentuk The Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). ...
-
Densus 88 menerima pelatihan, dukungan perbekalan dan operasional yang luas dari Kepolisian Federal Australia. Namun muncul bukti yang sema...
-
Pesaing utama rudal AIM-120 AMRAAM andalan Amerika Serikat, R-77 kerap dijuluki AMRAAMSKI. Pertanyaan paling mendasar, sehebat apakah rudal ...
-
Pembangunan pesawat tempur generasi baru berkemampuan siluman KFX/IFX merupakan projek prestisius dalam bidang militer antara Korea Selatan ...
-
Puncak Everest di Pegunungan Himalaya, dengan ketinggian 8.848 meter, merupakan impian bagi setiap pendaki gunung di dunia untuk bisa mencap...
-
Kasus penembakan empat tahanan Polda DIY di Lapas Cebongan, Sleman, DIY, yang dilakukan 11 personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus), memb...
-
PT Pindad (Persero) telah mengembangkan dan memproduksi panser roda 6 bernama Anoa 6X6. Panser yang laris manis ini telah dipakai oleh TNI u...
-
Situasi politik di Provinsi Aceh meningkat usai bendera GAM disahkan jadi bendera Aceh. Di Banda Aceh, sekitar seribu orang mengarak bende...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar